Perkembangan sebuah kelompok selalu berbeda satu dengan yang lainnya. Namun demikian, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membentuk sebuah kelompok. Berikut ini adalah beberapa tahapan dalam pembentukan kelompok.
Forming. Forming adalah tahap orang berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Pada suatu kegiatan, tidak sedikit peserta yang mengikutinya karena penugasan. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan perasaan was-was maupun keraguan di hati peserta tersebut. Beberapa pertanyaan yang mungkin muncul adalah “Apakah saya dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik?” atau “Apakah saya dapat berbaur dengan peserta yang lain?”. Seorang fasilitator diharapkan dapat memastikan bahwa setiap peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut merasa nyaman dengan lingkungan barunya tersebut. Berikan perhatian secara khusus kepada peserta. Berikan waktu kepada para peserta untuk saling mengenal satu sama lain. Pada kesempatan ini, fasilitator dapat pula menggunakan permainan yang memecah kekakuan (ice breaker).
Informing. Informing merupakan tahap dimana kelompok yang baru terbentuk tersebut diberi penjelasan tentang tujuan dari kegiatan yang akan diselenggarakan. Pada tahap ini biasanya akan didapati interaksi antaranggota karena setiap peserta mulai sadar bahwa mereka menuju pada tujuan yang sama. Seorang fasilitator biasanya akan mencari titik pijak yang sama, dan membentuk visi, misi, serta tujuan kelompok. Fasilitator diharapkan dapat menggunakan kegiatan pengenalan dan agenda yang jelas.
Storming. Pada tahap ini, pembangunan peran diantara masing-masing peserta mulai terbentuk. Storming merupakan fase yang sangat penting dalam dinamika kelompok, karena pada tahap ini akan terjadi tarik menarik, uji coba, bahkan konflik. Benturan antarpribadi sangat mungkin terjadi pada tahap ini – bahkan benturan antara peserta dengan pemimpin kelompok. Seorang fasilitator diharapkan dapat memberikan dukungan kepada seluruh kelompok. Dengan mengembangkan dan menggunakan teknik-teknik fasilitasi, fasilitator juga perlu senantiasa mengingatkan peserta akan tujuan dan norma-norma kelompok. Usahakan agar fasilitator dapat menjaga terjadinya keterbukaan dan mendorong setiap peserta untuk mengatasi konflik yang terjadi.
Norming. Tahapan ini merupakan tahap stabilisasi dimana aturan, ritual, dan prosedur telah ditetapkan dan diterima oleh seluruh peserta. Peserta telah menyepakati identitas perasn sehingga terciptanya suasana kebersamaan. Jalan menuju kemajuan disepakati dan disetujui bersama. Fasilitator diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menghaluskan proses. Jika diperlukan, perbaiki atau sesuaikan norma yang ada, untuk kemudian diserahkan kembali implementasinya kepada kelompok.
Mourning. Mourning merupakan tahap akhir dari proses pembentukan sebuah kelompok. Pada tahapan ini, seluruh tugas telah selesai dikerjaan dan tujuan utama pembentukan kelompok sudah terpenuhi. Siklus kehidupan kelompok secara resmi telah berakhir. Terkadang muncul rasa sedih diantara peserta. Sebagian mulai memikirkan tugas lain yang telah menanti. Fasilitator yang baik diharapkan dapat membantu peserta dalam mempersiapkan masa transisi dari pembentukan kelompok menuju bubarnya kelompok. Pastikan bahwa ada semacam ‘ritual’ perpisahan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Transforming. Pada tahapan ini, tim telah menjadi dinamis karena pembentukan kelompok sudah terjadi dan mulai ada perubahan baik di masing-masing peserta maupun pada kelompok secara keseluruhan. Sebagai seorang fasilitator, diharapkan dapat menunjukkan dukungan dan rasa percaya kepada kelompok. Hargai perubahan yang terjadi dengan memberikan pujian. Yang perlu diingat adalah sebaiknya pujian yang diberikan tidak berlebihan.
sumber : http://www.itpipopular.org/index.php?option=com_content&view=article&id=11:mengelola-dinamika-kelompok&catid=12:dapur-pengorganisasian&Itemid=16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar